Kamis, 02 Mei 2024
PW St. Atanasius, Uskup dan Pujangga Gereja
Warna Liturgi : Putih
Bacaan Liturgi: (Kis. 15:7-21; Mzm 96:1-2a,2b-3,10; Yoh. 15:9-11)
“Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku, sabda Tuhan. Aku mengenal mereka dan mereka mengikuti Aku” (Yoh.10:27)
Renungan Singkat:
Salve saudara terkasih.
Salah satu persoalan besar yang dihadapi para rasul ialah tentang bersunat. Sunat merupakan kebiasaan adat istiadat bangsa Israel, dari zaman hukum Musa. Pernyataan yang dihadapi para rasul ialah, orang yang tidak disunat menurut adat istiadat dari Musa, tidak dapat diselamatkan (Bdk, Kis. 15:1).
Pada bacaan pertama (Kis. 15:7-21), dengan tegas Petrus mengatakan dalam sidang di Yerusalem, “Allah yang mengenal hati manusia, telah menyatakan kehendak-Nya untuk menerima mereka, sebab Ia mengaruniakan Roh Kudus juga kepada mereka sama seperti kepada kita, dan Ia sama sekali tidak mengadakan perbedaan antara kita dengan mereka, sesudah Ia menyucikan mereka oleh iman”.
Saudara terkasih, melalui persoalan yang dihadapi para rasul dalam bacaan pertama tersebut, kita diingatkan akan beberapa hal penting:
1. Allah menyelamatkan dan mengasihi seluruh umat manusia tanpa membeda-bedakan. Tidak harus kita menjadi orang Israel atau disunat, barulah kita dapat diselamatkan. Tetapi Allah melihat hati kita yang sungguh-sungguh beriman kepada-Nya.
2. Syarat agar kita diselamatkan ialah beriman kepada Allah dengan menuruti perintah-Nya. Orang beriman yang taat pada perintah Allah akan selalu tinggal dalam kasih Allah (Bdk. Yoh. 15:9-10).
3. Upaya untuk terus tinggal dalam kasih Allah dapat dilakukan oleh kita dengan terus belajar yang baik dan benar tentang pengenalan akan Allah sendiri. Sebagaimana pada hari Pendidikan Nasional ini, kita diajak pula untuk mendalami pendidikan iman akan Allah. Santo Atanasius (Uskup dan Pujangga Gereja) yang diperingati Gereja hari ini menjadi teladan bagi kita, cara menjadi pembela iman yang benar. Yaitu dengan belajar tentang iman, ajaran Gereja, membaca Kitab Suci, dan tekun dalam doa.
4. Dari St. Atanasius pula, kita belajar untuk menyunat hati dan pikiran kita yang cenderung pada keinginan-keinginan duniawi. Kemudian mengarahkan hati yang tulus kita pada Allah, dengan taat pada kasih dan kehendak-Nya.
Rahmat Allah memberikan kita sekalian.
Amin.
