
Suatu hari, Yesus melihat seorang wanita yang telah menderita selama 18 tahun karena penyakitnya. Ia tidak bisa berdiri tegak dan merasa sangat lemah. Yesus melihat penderitaan wanita itu dan segera bertindak. Ia memanggil wanita itu dan mengatakan, “Hai perempuan, engkau telah dilepaskan dari penyakitmu.” Lalu, Yesus meletakkan tangan-Nya atas wanita itu dan seketika itu juga ia bisa berdiri tegak kembali.
Namun, tindakan Yesus ini tidak disambut baik oleh semua orang. Pemimpin-pemimpin agama pada saat itu merasa bahwa Yesus telah melanggar hukum Sabat dengan menyembuhkan wanita itu pada hari Sabat. Mereka berpendapat bahwa hari Sabat adalah hari untuk beristirahat dan tidak melakukan pekerjaan apa pun, termasuk menyembuhkan orang sakit.
Tetapi Yesus tidak setuju dengan pendapat mereka. Ia mengatakan, “Bukankah setiap orang di antara kamu melepaskan lembunya atau keledainya dari kandangnya pada hari Sabat dan membawanya ke tempat minum?.” Yesus ingin mengatakan bahwa jika kita dapat menolong hewan pada hari Sabat, mengapa kita tidak dapat menolong manusia?
Pesan yang ingin kita ambil dari kisah ini adalah bahwa kasih tidak mengenal batas waktu atau hari. Kasih adalah tentang menolong orang yang membutuhkan, menghibur orang yang sedih, dan membawa harapan kepada orang yang putus asa. Mari kita meneladani kasih Yesus dengan menjadi saluran kasih-Nya kepada orang lain, tanpa memandang waktu atau keadaan.
Marilah berdoa:
“Ya Tuhan, trima kasih atas kasih-Mu yang senantiasa memampukan aku bertahan hingga saat ini. Semoga aku pun dapat membagikan kasih bagi sesama”