Minggu 1 September 2024
Merupakan Hari Minggu biasa Ke XXII Juga Hari Minggu Kitab Suci Nasional.
Warna Liturgi : Hijau
Bacaan Liturgi : ( Nah.1:2-8; Ef.6:14-17; Mat.25:31-46);
Allah Sumber Keadilan
Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN) tahun ini mengangkat tema “Allah sumber keadilan.” Tema ini mengingatkan dan serentak mengajak untuk menyadari kehadiran Allah yang selalu bertindak dengan adil menurut cara-Nya sendiri terhadap kehidupan manusia dalam beragam peristiwa dan pengalaman. Tema ini masih berkaitan erat dengan tema sebelumnya yakni “Allah sumber harapan hidup baru” (2022), dan “Allah sumber kasih dan keselamatan” (2023). Permenungan yang mengingatkan bahwa segala sesuatu yang dialami, kehidupan yang dijalani adalah karena kehendak Allah sendiri. Dialah ‘sumber’ yang dari pada-Nya mengalir banyak rahmat.
Bacaan pertama dari kitab Nahum mengingatkan bahwa, Tuhan itu baik; tempat perlindungan pada waktu kesusahan; Ia memperhatikan orang-orang yang berlindung pada-Nya, bahkan dalam banjir yang melanda. Gambaran akan Allah yang tak kan pernah meninggalkan manusia ketika mengalami kesusahan. Meskipun di awal bacaan ini seakan digambarkan Allah itu jahat, Allah itu cemburu, Allah itu pembalas, namun pada puncaknya Allah adalah sumber kebaikan. Allah adalah sumber keadilan. Peringatan awal menjadi peringatan kepada manusia akan kesetiaan hidup, sejauh mana berpegang pada Allah sang sumber adil itu.
Maka bacaan kedua menegaskan dengan lebih jelas agar tetap berdiri tegap, berikat pinggangkan kebenaran dan berbajuziarahkan keadilan, kaki berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil dan damai sejahtera. Kesetiaan kepada Allah akan memampukan untuk tetap berjalan dalam keadilan, bertindak dalam kebenaran dan memberitakan injil dalam kerelaan. Allah sumber keadilan akan memberikan ganjaran kepada orang yang setia kepada Dia. Setia dalam karya dan setia dalam pewartaan Injil-Nya.
Kesetiaan dan kerelaan itulah yang digambarkan dalam Injil hari ini. Kesetiaan bukan saja dalam karya hidup tetapi juga kesetiaan yang menunjukkan standart hidup jauh lebih tinggi yakni dengan memperhatikan mereka yang lemah dan miskin. Apa yang dilakukan akan diganjar oleh Allah yang adil. Namun apakah kita mampu? Memberi makan ketika melihat orang lapar, memberi minum ketika orang haus, memberi tumpangan untuk orang asing, memberi pakaian untuk orang telanjang, dan menjenguk mereka yang di dalam penjara. Semua ini menjadi gambaran bagaimana Yesus tampil di dalam orang-orang yang membutuhkan. Serentak menjadi gambaran utama bagaimana Ia akan menjalani kehidupan-Nya untuk keselamatan manusia. Dia seorang diri, Dia seperti orang asing, pakaian-Nya ditanggalkan, Dia disesah seperti tawanan penjara dan kehausan seorang diri di puncak salib.
Inilah yang menjadi puncak karya pewartaan kita ketika mau tampil sebagai pribadi yang setia kepada Allah, yakni dengan memperhatikan mereka yang membutuhkan. Hal itu menjadi keharusan sebab mereka yang lapar, haus, miskin, tidak punya pakaian, yang di dalam penjara, juga membutuhkan perhatian. Mereka butuh kehidupan yang adil sebagai manusia. Mereka bukanlah buangan. Jika mau diperlakukan adil, berbuatlah adil kepada mereka juga.
St. Yohanes Paulus II mengatakan, “Jika kalian menginginkan kedamaian, perjuangkanlah keadilan. Jika kamu menginginkan keadilan, belalah kehidupan. Jika kalian menginginkan kehidupan, maka peganglah kebenaran.
Ya Yesus, ajarilah kami untuk selalu berbuat adil kepada sesama.. Amin