Selasa, 29 Agustus 2023
PW Wafatnya Santo Yohanes Pembaptis, Martir
Warna Liturgi : Merah
Bacaan Liturgi: (Yeremia 1:17-19; Mzm 71:1-2.3-4a.5-6ab.15ab.17; Markus 6:17-29)
“Tuhan mengizinkan jiwa-jiwa untuk benar-benar menderita, untuk meningkatkan jasa mereka atau membakar cinta mereka, atau karena alasan lain.” (Santo Titus Brandsma)
Renungan Singkat:
Kematian Yohanes Pembaptis menjadi salah satu peristiwa mengerikan dalam Kitab Suci. Kepalanya dipenggal dan diletakan dalam sebuah talam.
Mendengar dan membaca kisah kematian Yohanes Pembaptis, secara manusiawi perasaan kita dapat marah, sedih, dan kecewa. Kita marah kepada Herodes dan Herodias karena kekejaman mereka. Kita sedih karena kebenaran yang diungkapkan Yohanes dibalas dengan kejahatan yang mengerikan. Bahkan bisa saja kita kecewa kepada Tuhan karena membiarkan orang-orang benar mati dengan sadis.
Namun lewat peristiwa kematian Yohanes Pembaptis, ada 3 pelajaran penting bagi kita:
Pertama, Kejahatan sering kali datang dari orang-orang terdekat di sekitar kita. Seperti bisikan kejahatan dari Herodias kepada Herodes, untuk membunuh Yohenes. Maka berhati-hatilah dan berpeganglah pada kebenaran sejati, yakni Yesus Kristus.
Kedua, Jangan mengorbankan perikemanusiaan seseorang hanya karena gengsi, kekuasaan, jabatan, dan kehormatan. Sama seperti tindakan yang diambil oleh Herodes.
Ketiga, Beranilah mengatakan kebenaran, walaupun masih ada orang yang tidak mampu menerimanya. Jangan takut dibenci karena kebenaran. Sebab Tuhan selalu menyertai para pejuang kebenaran (bdk. Yeremia 17:19). Itulah perbuatan mulia di hadapan Tuhan. Santo Yohanes Pembaptis menjadi teladan bagi kita sebagai pejuang kebenaran Tuhan.
“Ya Tuhan Yesus Kristus, kuatkanlah kami dengan kuasa Roh Kudus agar mampu memperjuangkan kebenaran dan keadilan dalam hidup ini”๐



